Wednesday : Gadis Dingin nan Berperasaan

Willy Pujo Hidayat
3 min readDec 6, 2022

Sejujurnya gw ga terlalu suka film horor, karena males “dikagetin”.

Awalnya gw kira Netflix Series Wednesday ini adalah film horor, tapi ternyata enggak sama sekali.

Mirip mirip sama Enola Holmes tapi versi gothic aja :D

Sosok Wednesday ini secara psikologis sepertinya memang begitu keadaannya.

Orang yang cenderung terlalu pintar, biasanya memang minim empati.

Contoh lain dari orang pinter yang less empathy yaitu Dr. Sheldon Cooper di Big Bang Theory.

Tapi yaa levelnya kebangetan sih emang :D

Serial ini mirip Enola Holmes di mana tokoh utamanya itu cerdas, penuh pengetahuan abstrak, dan bisa beladiri.

Tapi ya lagi, dengan sentuhan yang kelewat gothic ala Wednesday.

Wednesday mengungkap pembunuhan berantai sistematis yang disebabkan oleh..

Ya, monster.

Musik openingnya kaya gabungan antara Harry Potter atau Fantastic Beast dan Sherlock Holmes.

Main di nada nada minor yang “nggantung”, tipikal film detektif dan fantasi digabung.

Note-nya setengah setengah di # atau b

Hal yang aneh di sini (menurut gw) adalah kemampuan Wednesday untuk bermain Cello.

Ini orang penuh pengetahuan, dingin, punya level depresi yang tinggi, tapi bisa main cello yang fretless.

Alat yang mengharuskan pemainnnya bermain dengan ‘perasaan’.

Lebih dari sekedar bermusik, bahkan Wednesday bisa dance ala ala Thrillernya Michael Jackson.

Dancing itu perlu kepekaan nada dan tempo, yang ga semua orang punya.

Gw langsung bertanya tanya, apa yang salah dari ini orang?

Dingin sekaligus berperasaan di waktu yang sama.

Gw ga kaget ketika Wednesday menulis membuat novel.

Karena emang itu yang paling masuk akal dia lakukan.

Kita kenal terapi menulis untuk meredam stress atau tekanan.

Walaupun banyak juga penulis yang akhirnya bunuh diri.

Yang menegangkan dari film ini justru bukan karena terbawa tokoh utamanya yang juga tegang.

Atau was was ada hantu muncul ngagetin.

Wednesday jarang banget menunjukkan ekspresi.

Penonton justru tegang karena gemes sama keberanian dia yang gila.

Pemilihan kota Jericho emang kayanya cocok sama tone-nya film ini.

Jericho itu (IMO) dikenal sebagai kota kecil yang penting bagi beberapa agama abrahamic.

Seperti Islam, Nasrani dan Yahudi

Kalau menggunakan sudut pandang ‘peziarah’ ala Wednesday, maka kota ini cocok.

“Thing” adalah kejeniusan menurut gw.

Sosok Thing ini bisa lucu dan heroik di waktu yang sama.

Beberapa tokoh di film horor-fantasi begini biasanya emang punya makhluk ajaib yang nemenin.

Tapi memutuskan untuk menjadikan tangan alih alih hewan fiksi emang gila.

Kebangkitan sosok Crackstone ini kurang klimaks menurut gw.

Baru bangkit langsung berantem itu kurang peak.

Mungkin kalau dia dibiarin ngacak ngacak Nevermore bisa lebih keren, dan Weems mati saat melindungi sekolah dari Crackstone.

Wah bisa lebih gila.

Kematian Weems yang ditusuk sama Marilyn begitu aja, kurang nunjukin powernya Weems sebagai posisi tertinggi di sekolah.

Kalau Albus Dumbledore emang punya power, cuma udah tua aja.

Sebagai seorang Gorgon (?) harusnya berubah wujud dulu, berantem, baru dah mati.

Banyak plot twist dari Wednesday ini memang sedikit ga ketebak.

Termasuk si bapaknya monster yang ternyata udah tau kalo anaknya begitu.

Di Nevermore kita belajar kalau banyak ‘orang buangan’ itu datang dari keluarga yang penuh tekanan.

Anak anak yang terpapar interaksi yang tidak sehat dengan keluarganya.

Dari mulai berantem ama ibunya, bapaknya, ekspektasi dari keluarga, dst.

Bagi gw ini pesan yang menarik yang bisa dipetik dari serial Wednesday ini.

Kaya Enid yang ternyata bisa Glowing (berubah jadi Serigala) dan menjadi hero juga dalam waktu yang sama.

Anak anak bukannya ga berkembang, tapi ada waktunya.

Dan momen itu selalu datang di waktu yang tepat.

Demikian review Netflix Series Wednesday ala ala pengamat film amatir.

Semoga bermanfaat

Read this post and more on my Typeshare Social Blog

--

--

Willy Pujo Hidayat

Certified Digital Marketing | Writing & Podcast | eCommerce Enthusiast | Rebahanism