Tidak lumrah memang, tapi inilah mereka yang bersedia dijualin
--
Siapa sih yang mungkin tidak risih saat kita didatangi oleh sales person dari salah satu perusahaan untuk dijualin atau dijadikan prospek?
Mereka kemudian mulai berbicara tentang keuntungan yang akan kita dapatkan kalau kita membeli produk mereka.
Bahkan mungkin dia sampai lupa memperkenalkan namanya, atau bertanya profil lawan bicaranya.
Atau mungkin kita merasa jengkel saat kita mendapatkan telepon dari, lagi lagi, sales person yang, juga, lagi lagi berbicara mengenai keunggulan produknya.
Selama selang waktu tertentu, kita hanya terdiam mendengarkan semua topik yang mereka bicarakan secara satu arah.
Kadang saya bertanya tanya, apakah ada mereka yang close deal dengan cara cara tersebut.
Karena mungkin saya berasumsi kalau secara natural, orang orang sepertinya tidak suka bila dijadikan prospek seperti itu.
Permission Marketing
Seth godin, orang yang mungkin dikenal cukup mempopulerkan tentang konsep permission marketing.
Hal ini cukup aneh saat di mana kita ketahui bahwa pada dasarnya marketing itu harus menciptakan distraksi, yang artinya bahkan tidak perlu “permisi”.
Kalau marketing menggunakan konsep permisi terlebih dahulu, maka mungkin tidak akan ada yang tertarik dengan produk yang akan kita tawarkan.
Bahkan kalau marketing (yang berujung pada sales) menggunakan konsep “permisi” terlebih dahulu, maka mungkin mereka akan kesulitan untuk mendapatkan deal.
Konsep dasar dari permission marketing adalah sebuah kesediaan diri (si calon customer) untuk dijadikan prospek, atau dijualin.
Jangan lupa juga, mereka juga tidak berarti sepenuhnya berkenan dengan produk kita, jadi kita juga perlu kesediaan untuk membiarkan mereka pergi.
Lagi lagi, konsep ini sangat tidak lumrah di kalangan para pebisnis konvensional yang mana saat kita berjumpa dengan prospek, maka kita harus hajar terus sampai mereka mau membeli…