SHEIN (Es Ha I En) — Masif, penuh Kontroversi, berujung IPO

Willy Pujo Hidayat
10 min readJan 14, 2024

Hari ini, kita akan membahas topik yang sebetulnya udah agak basi, tapi biar temen temen pendengar ini punya gambaran tentang salah satu toko online retail fashion yang ramainya bahkan melebihi amazon.

Produksi atau pabriknya ada di banyak negara, dan sudah melayani lebih dari 200 negara, atau lebih tepatnya 220 negara.

Siapa dia? sebelum itu, seperti biasa, kita masuk ke 3 update terbaru seputar ecommerce :

TikTok Shop tenggat waktu 4 bulan.

Setelah membeli 75% saham Tokopedia melalui GOTO, TikTok Shop diberikan tenggat waktu 4 bulan dari kementerian perdagangan untuk transisi.

Transisi di sini artinya betul betul memisahkan semua transaksi yang ada di sana, jadi semua transaksi harus ditangani oleh Tokopedia sedangkan TikTok shop buat jualan atau impressionnya saja.

Tentunya bukan hal mudah ya untuk melakukan asimilasi teknologi seperti itu, platform TikTok di-blend dengan Tokopedia.

Tapi menurut beberapa informasi, tenggat waktu ini tidak ada keterangan tertulis, jadi mungkin sekedar peringatan verbal aja kali ya.

Lazada PHK Massal Karyawan se-Asia Tenggara

Masih ya, masih ada berita kurang menyenangkan seperti ini di tech industry.

Jadi Lazada akan melakukan efisiensi pegawai di Asia Tenggara, kabarnya sih yang paling banyak terdampak itu yang di Singapore, di Indonesia belum ada infonya.

Bahasa mereka yaitu “menilai kembali kebutuhan tenaga kerja” halus banget ya.

Padahal di pertengahan tahun 2023 Lazada ini kecipratan dana segar lagi dari Alibaba sekitar 12,6 Trilliun.

Tapi tetep efisiensi pegawai ya, restrukturisasi di tech company ini emang mengkhawatirkan.

TEMU menjadi aplikasi yang paling banyak di Download di US

Sepanjang tahun 2023, TEMU atau dibaca T E M U, ini menjadi aplikasi yang paling banyak di download di Apple Store Amerika :

Apple’s most downloaded free app in the U.S. for 2023

Mengalahkan Instagram, Google, dan lainnya.

Seru banget ya?

Buat yang belum tau TEMU atau T E M U ini apa, bisa merujuk ke episode 20 podcast ini.

Singkatnya, TEMU ini adalah aplikasi yang menjual barang barang unik printilan (kalo bahasa saya), less than $10.

TEMU ini merupakan anak perusahaan dari PDD atau Pinduoduo yang volume pengiriman paketnya itu, berdasarkan sumber tertentu, sampe 2 juta paket sehari.

jual barang printilan dari China yang intereset based, yang konon kabarnya di-claim sebagai perusahaan dengan engagement time lebih tinggi dari Amazon.

Sekarang, sepanjang tahun 2023, menjadi aplikasi dengan download terbanyak di US.

ZALORA garap Segmentasi B2B

Zalora, Anda sudah melakukan hal yang tepat, B2B ini kayanya sih masih blue ocean.

Kenapa demikian? karena menurut saya entry barrier-nya itu cukup tinggi kalo mau masuk B2B.

B2B di Indonesia ini, berdasarkan pengalaman saya, belum se-native itu untuk digitalisasi, ada mekanisme offline yang masih perlu dilakukan, khususnya perkara perpajakan yang.. ampun dah..

Saya bacain kutipan beritanya ya :

ZALORA, platform e-commerce khusus fesyen dan gaya hidup, memperkenalkan layanan B2B sebagai jalur bisnis baru demi mendongkrak posisinya sebagai perusahaan yang keberlanjutan. Ada empat solusi yang ditawarkan, yakni E-Fulfillment, Data, Marketing, dan E-Distribution. Solusi ini merupakan bagian dari expertise induk Zalora, Global Fashion Group (GFG).

Bagus, e-Fulfillment, bagus !

Bersaing dengan BLIBLI, Tokopedia Now, SIRCLO, dsb.

Bisa banget ZALORA, sukses ya.

Ok, itu aja 3, oh maaf 4 berita terkini seputar eCommerce, sekarang kita balik ke topik utama podcast ini.

Temen temen bisa nebak ga kira kira?

Siapa aplikasi atau entitas bisnis yang saya maksud di awal?

Aplikasi, fashion, yang sudah melayani lebih dari 200 negara di seluruh dunia dengan pabrik yang juga tersebar di beberapa negara?

Namanya SHEIN, S H E I N.

Kayanya ga asing ya? ya emang kabarnya SHEIN ini pernah masuk ke Indonesia sekitar tahun 2018, tapi tutup di tahun 2021, jadi cuma sekitar 3 tahunan.

Tapi di Amerika atau di US, ini seru banget, karena bahkan SHEIN ini jadi aplikasi yang cukup populer untuk kategori Fashion.

Kalau temen temen pernah denger model Fast Fashion dari ZARA, nah ini kurang lebih mirip dengan ZARA namun online, dari China.

Ada cukup banyak hal yang bisa kita kupas tentang SHEIN ini, saya mau coba breakdown jadi beberapa sub-bab deh :

Pertama, Profil SHEIN

Kita bahas dulu tentang SHEIN sebagai sebuah entity bisnis.

SHEIN ini berdiri tahun 2008 di China oleh Chris Xu, dengan memposisikan dirinya sebagai retail mode online yang murah, dan model yang update dengan trend terkini.

Masalah murah, emang China ini ga usah dilawan lah, angka efisiensi dan produktifitasnya tinggi banget.

Beberapa waktu lalu sempet viral waktu Pak Gita Wiryawan menjelaskan beliau pernah ngobrol dengan bos pabrik Foxconn di China, saking efisiennya, satu iPhone di China itu, butuh cost cuma sekitar US$10.

Jadi kalo masalah murah murahan mah, China ga usah ditanya, udah pasti paling murah.

Nah SHEIN ini, produk fashionnya diproduksi kebanyakan di China, baru kemudian juga diproduksi di beberapa negara, lagi, untuk efisiensi.

Tahun 2008 waktu dia berdiri itu, SHEIN itu bisnisnya Dropshipping dari produk fashion yang ada di Ghuangzhou, per tahun 2015, baru kemudian mereka bikin produknya sendiri, dan kita kenal sampe saat ini.

Pabrik SHEIN ada di beberapa negara yaitu :

  • China
  • Vietnam
  • India
  • Bangladesh

Ada juga di Eropa dan amerika utara, tapi ga sebesar beberapa negara tadi.

Omsetnya SHEIN tahun 2023 ini dikabarkan mencapai 100 milliar dolar atau sekitar 144 trilliun rupiah.

Ini meningkat drastis, tahun 2021 SHEIN bisa generate 74 miliar dolar atau sekitar 106 trilliun , tahun 2022 naik ke 90 miliar dolar atau sekitar 132 Trilliun rupiah.

Gila ya.

Nah itu tadi profilnya, sekarang kita bahas ke model bisnisnya.

Kedua, Model Bisnis

Kalo kita bahas model bisnis, kita coba masuk dari BMC aja ya, atau Business Model Canvas, biar semua pendengar juga ada gambaran.

Kita mulai dari tengah, Value Proposition.

Apa sebenernya Value Proposition dari SHEIN? yes. Fashion sesuai trend terkini, jangkauan pengiriman yang luas, daaann.. yang paling penting adalah harga yang murah.

3 poin utama VP atau Value Proposition dari SHEIN.

Beberapa sumber juga bilang kalau model bisnis SHEIN ini termasuk kategori Fast Fashion sebagaimana ZARA yang produksi bajunya ga banyak untuk mengimbangi dinamika market.

Bedanya mungkin ya kalo ZARA atau H&M ada toko offlinenya, kalo SHEIN ini udah sama sekali online.

Sekarang kita geser ke pojok kanan, siapa target marketnya atau siapa Customer Segmentation-nya?

Kira kira siapa?

Biasanya anak anak muda, cowok-cewek yang ga mau ketinggalan HYPE trend fashion, tapi alih alih beli di ZARA atau H&M, ya better beli di SHEIN.

Apalagi juga mungkin cuma buat foto doang di TikTok atau Instagram kan, yang cuma sekali dua kali pake, pake brand apa aja ya ga ada yang ngecek juga kan.

Ini nostalgia sebentar ya, dulu waktu saya SMP, kebetulan punya temen temen itu hype banget sama Fashion, saya bingung ketika temen temen ngajakin ke Distro, karena bajunya udah abis.

Bajunya udah abis??

Itu baju disposable apa gimana? 😀 jadi cuma sekali dua kali pake, terus udah pake buat acara ini itu, daripada dibilang ga ada baju lagi, akhirnya beli baju lagi.

Ya, dulu kita belum kenal SHEIN, kalo udah kenal mungkin kita target marketnya ya.

Apakah harus cewek?

Ga mesti sih, banyak juga cowok yang sekarang ini udah sadar fashion atau fashion-conscious, apalagi fakboy kan?

Ok balik ke bisnis model canvas lagi, udah tau tengah sama kanan, sekarang tentang bagaimana mereka terhubung?

Bagaimana value itu nyampe ke customer? ada namanya Channel.

Nah, khusus masalah channel ini, SHEIN ini bisa dibilang gila banget sih.

Cara dia mengkomunikasikan VP nya ini cukup menarik.

Dari beberapa sumber di Internet, SHEIN ini cukup agresif untuk bekerja sama dengan influencer.

Saya ketemu satu website yang membahas tentang “Bagaimana cara menjadi influencer SHEIN”.

Oh maaf bukan influencer, bahkan bahasanya di sini yaitu Brand Ambasador.

Syaratnya yaitu minimal 5000 followe sosial media, kemudian signup atau daftar sebagai influencer dari SHEIN.

Nanti kalo udah disetujui, maka kalian mendapatkan Badge resmi dari SHEIN dan SHEIN akan membayar per-postingan.

Ini mirip dengan awal awal TikTok Affiliate.

Jadi ada minimum requirement, kalo itu udah terpenuhi, temen temen bisa ngajak follower untuk checkout melalui link tertentu.

Tapi kalo brand Ambasador SHEIN itu dibayar per postingan, kalau TikTok ini dibayar komisi sekian persen per produk terjual.

Maksudnya secara konsep mirip, memberdayakan influencer sosial media untuk promosi.

Sudah tersampaikan value-nya ke customer, sekarang customer mau berinteraksi dengan SHEIN, sekarang kita geser ke bagian Customer Relationship.

Di bagian ini, customer yang sudah tertaut dengan VP-nya, maka akan melakukan engagement dengan SHEIN, melalui Website atau aplikasi mereka.

yang ini juga cukup lumrah sih, ngajak orang untuk transaksi di website atau aplikasi.

Sekarang kita geser ke Key Activities : sesuai dengan value yang mereka tawarkan, maka aktifitas SHEIN umumnya banyak di riset mencari trend apa yang sedang HYPE, dan produksi.

Key Resources atau sumber dayanya, nah ini yang nanti akan kita bahas ya, jadi ada sisi pro dan kontra.

Sisi pro nya yaitu, untuk menjangkau customer di banyak negara, SHEIN membuka pabrik di negara negara di luar China.

Seperti yang saya sebutkan di awal, ada Vietnam, India, Bangladesh, beberapa lokasi kecil di Eropa dan Amerika.

Dengan cara ini, mereka bisa lebih cepat memproduksi dan lebih dekat menjangkau pelanggan dari banyak negara.

Ga mesti dari satu sumber aja, dari China aja gitu misalnya, enggak ya, tapi dari beberapa negara tadi.

btw Bangladesh ini juga ada pabrik dari ZARA dan H&M juga loh, ga main main industri garment di sana ya, dan wajar kalau mungkin SHEIN juga ke sana.

Ada Key Partnership juga, tentunya adalah para influencer, platform media sosial seperti TikTok dan juga rekanan pabrik untuk produksi.

Cost Structure kayanya cukup umum, yaitu biaya produksi, pemasaran, operasional, shipment, dsb.

Nah Revenue Stream-nya ini sepertinya satu satunya adalah dengan jualan produk.

Jadi sepertinya cuma satu revenue stream tapi kuat banget, ya margin produk.

Nanti saya coba gambar juga atau visualisasikan juga business modelnya, nanti kita saya share di tulisan ini atau sosial media Commercesation di Instagram.

Ketiga, Performa Bisnis

Fashion ya, di manapun, jadi industri yang paling gila sih demand-nya.

Saya coba cek di Internet, pertumbuhan bisnis SHEIN ini luar biasa lho meskipun cuma online.

Data dari Business of Apps, ini pertumbuhannya seru banget ya, thaun 2020 itu GMV atau Gross Merchandise Value-nya di 10 Miliar Dolar, kemudian naik ke 16 Miliar dollar di 2021, dan jadi 22 miliar dolar di tahun 2022.

22 miliar dolar itu setara dengan 341 Trilliun rupiah.

22,7 miliar dolar lebih tepatnya, nah ini nyaris mepet dengan pendapatan ZARA yaitu 23 miliar dolar di tahun yang sama di 2022.

Zara dengan toko offline-nya dengan branding-nya yang dahsyat, berbanding dengan produk dari China yang full online, omsetnya sama.

Asumsi saya, secara margin kayanya SHEIN lebih lebar dibanding ZARA.

Kalo dibandingkan dengan Amazon, SHEIN ini 10%-nya dari revenue online store amazon, nilainya 220 miliar dolar.

ga usah dirupiahin ya, bingung bacanya gimana 😀

Kalo dari excel sih bacanya kalo ga salah di 3.400 Trilliun.

Ampun dah.

Data lainnya yaitu pengguna, tahun 2022 pengguna SHEIN ada di angka 88 juta pengguna, 17 juta nya dari US, selebihnya dari tempat lain seperti India, Brazil, Mexico, Saudi, dsb.

SHEIN ini termasuk salah satu aplikasi ecommerce fashion yang paling banyak didownload di US.

Dengan pengguna sebanyak itu dan jangkauan seluas itu, perlu kita acungi jempol memang SHEIN ini bertarung melawan brand besar dan cross-region macem ini.

Good Job.

Oia, kabarnya SHEIN ini akan melakukan IPO, dengan valuasi 66 miliar dolar di US.

Makin menarik ya.

Keempat, Kontroversi

Ini ga bisa dipungkiri sih, terlepas dari betapa keren performanya, SHEIN ini cukup banyak hal yang dikritisi, dari mulai dari kualitas produk, ketenaga kerjaan, sampai isu lingkungan.

Kualitas produk diklaim rendah, beberapa konsumen itu merasa produknya kurang bagus, ringkih ya, atau mudah rusak, ada juga yang ga sesuai deskripsi.

Wah kalo ada di Indonesia udah wassalam itu, tau sendirikan netizen Indonesia gimana serunya kalo masalah beginian?

Kemudian terkait etics atau ketenaga kerjaan, SHEIN ini beberapa kali diisukan melakukan eksploitasi tenaga kerja dengan jam kerja yang panjang dan upah yang murah.

Juga dikritisi terkait rantai pasokannya yang ga tau darimana sumbernya, jadi dinilai kurang transparan.

Dan tentunya, tidak lain dan tidak bukan, isu plagiasi 😀 , karena memang itu yang sepertinya mereka lakukan.

Amati Tiru Murahin 😀, sehingga tidak jarang mereka melakukan plagiasi model atau desain tertentu dari designer atau brand kenamaan lainnya.

Namun, ya, SHEIN kabarnya udah mengklarifikasi isu isu itu, katanya mereka mendatangkan bahan dari tempat yang pekerjanya dibayar dengan layak, produksi dengan standar keamanan yang baik, dsb.

Tapi kalo SHEIN ini IPO, nanti bisa kebongkar semua ya suppliernya dari mana aja, berapa dia bayar gaji karyawan, dsb.

Wah, makin seru sih ini kayanya.

Dan yang terakhir tentunya isu lingkungan.

Ini bukan cuma SHEIN sih, beberapa perusahaan fast fashion seperti ZARA juga dikritisi untuk isu yang sama seperti sisa limbah, bahan baku produksi, dan penggunaan air serta polusi udara.

SHEIN ancaman di Indonesia?

Bab terakhir dari topik ini adalah apakah SHEIN akan menjadi ancaman bagi Indonesia?

Mengingat dia pernah hengkang dari Indonesia setelah beberapa tahun beroperasi, bukan tidak mungkin dia bisa datang lagi dengan skema yang berbeda.

Kita bercermin dari TikTok ya yang awalnya ada, kemudian dilarang, namun masuk lagi ke Indonesia dengan skema yang berbeda.

SHEIN ini kalo bisa masuk ke Indonesia, akan head to head dengan Shopee.

Shopee ini ecommerce marketplace terbesar, bukan cuma di Indonesia tapi juga di Asia Tenggara.

Tapi kayanya makin susah kalo masih pake skema saat ini karena beberapa regulasi Indonesia ini bagus banget, seperti kemarin ada larangan barang masuk dengan nilai kurang dari 100 US$.

Itu agak mengganggu ekspansi SHEIN ke Indonesia.

Bisa masuk mungkin dengan cara bikin atau akuisisi pabrik garment di Indonesia, atau beli saham Zalora mungkin, atau bikin warehouse di sini, jadi sekali impor bisa banyak.

Ini kok saya terkesan mendukung SHEIN masuk ke Indonesia ya? 😀

Bukan bukan, artinya kita juga melihat ini sebagai ancaman dan peluang untuk berbenah diri.

Brand brand fashion Indonesia ini keren keren banget kok asli.

Dengan perlindungan dari regulator, market yang bangga pake produk fashion lokal, dan produsen atau brand yang bertanggung jawab, kayanya ekosistem fashion kita baik itu online maupun offline bisa lebih sehat deh.

Gimana menurut temen temen?

Komen yuk di sini.

Penutup

Ok, mungkin itu aja materi yang bisa saya share hari ini.

Semoga bermanfaat dan semoga menginspirasi.

Jangan lupa bagikan episode ini sekiranya temen temen menilai podcast ini ada benernya 😀

Terima kasih sudah mendengarkan podcast ini, dan sampai jumpa di episode selanjutnya.

--

--

Willy Pujo Hidayat

Certified Digital Marketing | Writing & Podcast | eCommerce Enthusiast | Rebahanism