Review Buku : Emotional Intelligence — Daniel Goleman

Willy Pujo Hidayat
4 min readSep 7, 2022

Buku yang tidak sampai 200 ribu ini menurut saya adalah kitab suci dari disiplin ilmu psikologi, khususnya masalah emosional secara inter maupun intra personal.

Review Buku : Emotional Intelligence — Daniel Goleman

A thread

Dari judulnya, buku ini sudah sangat mencuri perhatian :

“Emotional Intelligence : why it can matter more than IQ”

Umumnya kita mengenal 2 jenis kecerdasan, yaitu kecerdasan intelektual dan kecerdasan emosional.

Dari cara pengukuran, maka mengukur kecerdasan intelektual akan lebih mudah dibandingkan dengan emosional.

Plus, Anda hidup di negara yang mungkin lebih menghargai manifestasi intelektual dibandingkan dengan emosional.

(Ok, yang ini ga ada di buku :D)

“Si Doi, IQ nya 140, pinter banget dia”

Padahal, menurut buku ini, emosional lah yang akhirnya bisa membawa seseorang mendapatkan apa yang dia inginkan.

Pada BAB 1, buku ini membedah tentang cara kerja otak menerima informasi dan memprosesnya ke otak intelektual maupun ke otak emosional.

Kalau Anda masih berpikir perasaan itu ada di hati, maka Anda harus membaca buku ini dan tahu kalau semua proses emosional itu full di otak.

Masih di BAB 1 yang juga membahas tentang cara kerja otak, di buku ini disebutkan kalau sense yang pertama kali kita rasakan sebagai manusia adalah penciuman.

Baru kemudian berkembang menjadi otak berpikir (thingking brain)

Dalam acara dari Inspigo 4 Agustus lalu, Mba Dee Lestari menjelaskan hal serupa terkait sense penciuman.

Buku Aroma Karsa mungkin jadi salah satu pengejawantahannya.

Dari sana lah beliau menyarankan kepada para penulis untuk mencoba memberikan sense penciuman dalam tulisan.

Oke lanjut ke BAB 2 tentang Emotional Hijack. Ini menarik.

Ada satu bagian di otak yang namanya Amygdala.

Dia ini pusat kontrol emosi dalam diri kita (CMIIW)

Saat menerima informasi arus yang diterima dari indera ke otak kita itu bercabang dua.

Satunya ke otak berpikir (Neocortex) dan satunya lagi (dengan arus agak lemah) masuk ke Amygdala.

Saat kalian berjumpa dengan seseorang, otak berpikir mengingat dia siapa, dan otak emosi mengingat kalau dia pernah menyakiti Anda.

Uppss

Arus ke Otak Emosi sedikit lebih cepat dibandingkan dengan otak berpikir.

Karena itu kadang kita bisa lebih mudah merespon emosi kita dibandingkan dengan menelaahnya terlebih dahulu.

Kita mungkin biasa menyebutnya “sumbu pendek” kali ya..

Ha ha ha

Padahal kita bisa lebih bijak jika bisa menunggu dan membiarkan otak memproses semua informasi baru kemudian merespon itu.

Emotional Hijack (pembajakan emosi) adalah peristiwa dimana otak emosi mengambil alih diri Anda dalam waktu tertentu.

Amygdala yang paling bertanggungjawab terhadap fenomena Emotional Hijack ini.

Mungkin bahasa lainnya dari Emosi yang meledak.

Biasanya terjadi dalam beberapa saat, kemudian kita menyesal.

BAB 3 juga ga kalah menarik.

Saya rasa kita kenal orang orang yang pinternya kebangetan, guru atau dosen aja bisa takluk bahkan sama dia.

Ha ha ha

Tapi kadang kita melihat orang itu ada yang salah secara emosional.

Dia pure menggunakan otak berpikir dalam melakukan banyak hal, tanpa melibatkan perasaan.

Jadi kadang orang orang disekitarnya tepok jidat, karena bingung kok dia bisa sampai seperti itu.

Bahasa orang betawinya “Pinter tapi keblinger”

Ha ha ha

Nah ini juga dibahas dalem banget di buku ini.

BAB 4 membahas tentang beberapa hal, namun saya meng-highlight tentang self-awareness.

Self awareness ini membawa keseimbangan secara emosional.

Membiarkan diri memproses informasi menahan emosi, dan memberikan refleksi yang bijak.

Ada hal menarik yang diceritakan di buku ini salah satunya adalah orang yang tidak bisa merasakan emosi.

Gila sih, ini bencana banget.

Kasarnya dia ga bisa bedain intonasi orang ngomong makasih : “Makasih” dengan “MAKASIH !”.

Ha ha ha

BAB 5 membahas tentang marah (Anger)

Kadang ada orang orang yang enteng banget marah marah.

Dia bisa memarahi apapun yang dia lihat.

Bahkan kadang tanpa alasan.

Ada beberapa hal menarik terkait kemarahan ini, yaitu tentang Anger create anger.

Jadi kalau ada orang berantem terus Anda meminta mereka tenang dengan juga meninggikan suara, hasilnya malah jadi 3 orang yang berantem.

Ha ha ha

“Tenang woy, lu bisa tenang ga? jangan emosi begini !”

“Lu siapa, ikut campur aja?”

Ha ha ha

Dan penyebab yang paling umum membuat kita marah adalah ancaman.

Dan banyak banget hal yang dibahas dalam buku ini terkait masalah manajemen emosional.

Sejak gw baca buku ini, persepsi gw tentang psikologi ga cuma nangis dan emosi.

Lebih dari itu, ternyata ada banyak baaannggeettt hal terkait emosional yang terjadi di sekitar kita.

Buku ini mengupas sangat dalam tentang semua peristiwa psikologi tersebut.

Dari mulai kita lahir, evolusi otak, sampai pesan pernikahan, bahkan sampai depresi yang mungkin saat ini sedang kita alami.

Semuanya dibahas secara sistematis di buku ini.

Buku ini harusnya lebih dari 200K kalau dilihat dari bobotnya. Salut !

Dan ya, sebagainama tagline buku ini, kedewasaan dan kecerdasan kita menguasai emosi dan menghadapinya akan jauh lebih bermanfaat.

Bahkan jauh lebih bisa menyelamatkan diri kita dari bangsatnya dunia ini.

Buku ini saya beli di @Periplus_Store

Semoga bermanfaat

Read this post and more on my Typeshare Social Blog

--

--

Willy Pujo Hidayat

Certified Digital Marketing | Writing & Podcast | eCommerce Enthusiast | Rebahanism