Project S TikTok : Lu Punya Platform, Lu Punya Kuasa
--
Belakangan ini dunia bisnis online lagi ramai banget membahas seputar tindak-tanduk dari raja sosial media saat ini, yes TikTok.
Terlepas dari panasnya persaingan antara Twitter dan Thread-Instagram, (Terakhir malah udah jadi X namanya, emang ada ada aja bang Elon Musk) TikTok ini fokus untuk mengejar satu hal yang mungkin tidak diharapkan terjadi.
Di Inggris, TikTok meluncurkan fitur yang namanya Trendy Beat.
Fitur ini memungkinkan para pengguna TikTok untuk berbelanja langsung produk seperti aksesori kecil kecil atau printilan langsung dari aplikasi atau in-app shopping.
Terdengar cukup wajar, namun yang menjadi perhatian adalah, ternyata item item yang dijual di Trendy Beat tersebut adalah item populer yang ramai dibeli di TikTok.
Salahnya dimana?
Pasti temen temen bertanya-tanya kan? Bukannya wajar kalau TikTok menampilkan produk yang ramai dibeli oleh penggunanya?
Nah, yang menarik adalah, TikTok tidak mengarahkan produk tersebut ke Seller TikTok, melainkan langsung ke Platform.
Jadi kalau temen-temen melakukan pembelian dari sana, maka temen temen bukan membeli dari TikTok seller, melainkan langsung ke TikTok.
Bayanginnya gini :
- Saya punya lapak di TikTok jualan kaos.
- Ternyata lapak saya ramai, dengan volume transaksi yang tinggi.
- TikTok ngelihat ini sebagai peluang nih.
- Akhirnya dia ambil produk yang sama, dan langsung diiklanin ke customer yang potensial membeli berdasarkan persona data seller tiktok tersebut.
- Dari data saya dan data seller toko kaos lain, kemungkinan besar mereka lebih tahu produk mana dan harga berapa yang paling tinggi kemungkinan membelinya.
- “Matiin bisnis orang dong?”
- Itu yang dikhawatirkan.
Jadi kalau temen temen beli melalui Trendy Beat tadi, itu ga ke seller tapi langsung ke TikTok.
Lebih tepatnya ke perusahaan khusus dibawah manajemen TikTok atau ByteDance yang mengurus, saya dapat namanya, berdasarkan data yang saya dapat, namanya Seitu.