Kok toko sebelah lebih murah?

Willy Pujo Hidayat
9 min readMar 30, 2024
Kok toko sebelah lebih murah cover

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh, selamat datang kembali di Commercesation, sebuah podcast tentang eCommerce bersama saya Willy Pujo Hidayat.

Episode ke 31, terima kasih untuk teman teman yang sudah setia mendengarkan podcast ini sampai episode ke-31 ini.

Bagaimana kabarnya teman teman?

Masih pada puasa ya? udah batal berapa puasanya?

Udah war ticket pulang kampung? ayo yang belum jangan lupa beli tiket, jangan cuma war takjil ya. 😀

Episode kali ini, kita akan membahas sesuatu yang sedang viral di salah satu sosial media, yang sekarang namanya X, ga enak banget ya bacanya, dulu namanya Twitter.

Nah di X atau Twitter ini lagi viral banget tentang seorang yang terkejut dengan harga asli produk yang dia beli.

Jadi dia beli produk harga 300K, namun ada satu momen yang membuat dia sadar, ternyata harga produk aslinya, bahkan ga lebih dari 50K.

Seperti apa kisahnya?

Oia, sebelum itu, saya mau meminta maaf terlebih dahulu, karena ada kekeliruan penyampaian data di episode sebelumnya, episode ke-30 tentang margin Tokopedia di 9M23.

Awalnya saya sebut 1,6%, harusnya itu di 4% atau 3.6%, sedangkan udah terlanjur tayang, jadi saya minta maaf, kalau teman teman mendengarkan episode ke 30, itu saya salah data ya terkait marginnya tokopedia.

Ok, sebelum kita masuk ke topik utama podcast ini, kita cek info dulu terkait update seputar eCommerce :

  1. Sirclo mendapatkan tambahan dana segar atau Fresh Fund

Ini teknis banget informasinya, saya kutip aja beritanya dari Tech in Asia ya :

Suntikan modal US$2,15 juta (Rp33,77 miliar) kepada startup e-commerce enabler tersebut dikabarkan berasal dari Sinar Mas Digital Venture (SMDV), seperti dilaporkan DealStreetAsia. Namun, tak diungkap lebih lanjut soal bentuk dan putaran pendanaan kali ini.

Tech in Asia telah menghubungi Sirclo untuk mendapatkan informasi lebih lanjut terkait kabar ini. Namun, perusahaan menolak berkomentar.

Sirclo sebelumnya juga dikabarkan menerbitkan saham preferen (saham preferen itu seperti saham prioritas dalam kepemilikan perusahaan, lebih bernilai dari saham biasa, dan bisa dapet dividen juga nantinya) senilai US$64 juta (Rp1 triliun) kepada para investor, termasuk Vertex Ventures Southeast Asia & India dan East Ventures pada 2023. Perusahaan pun mengalokasikan saham biasa kepada para investor sebesar US$8,5 juta (Rp133 miliar) pada tahun lalu.

Berdasarkan data Tech in Asia, total penggalangan dana yang telah berhasil dihimpun perusahaan mencapai US$102,5 juta (Rp33,7 miliar).

2. Ini mungkin tidak related dengan eCommerce, tapi cukup penting.

Yaitu tentang ambruknya jembatan Baltimore atau Baltimore bridge karena ditabrak oleh kapal bermuatan kargo atau Cargo Ship.

Jembatan Baltimore berada di Amerika atau US, lebih tepatnya di Maryland.

Kabarnya ada 6 orang pekerja konstruksi jembatan yang meninggal karena peristiwa ini.

Beberapa penjelasan di internet mengabarkan kalau jalur dimana jembatan itu ambruk termasuk salah satu jalur perdagangan yang cukup penting, ada kendaraan, batu bara, hasil tambang, dan banyak lagi.

Jadi mungkin beberapa supply ke beberapa negara atau principal terkait akan mengalami dampak dari peristiwa ini.

Ga abis abis ya, baru di episode kemarin saya bahas kok kayanya bisnis lagi sepi, lah ini makin kacau balau.

3. yang ketiga juga sepertinya masih tidak related dengan eCommerce, tapi lagi lagi berita ini juga penting.

Yaitu tentang Dewan Keamanan PBB atau UN Security Council yang menyetujui dan mendesak untuk diadakannya gencatan senjata terkait apa yang ada di Gaza, Palestine saat ini.

Saya terharu sekali mendengar berita ini ya, emosional, akhirnya perjuangan banyak negara yang berjuang secara diplomatis ini berbuah hasil.

Semoga ada tindak lanjut secepatnya.

4. Bukalapak mencatatkan Rugi Bersih 1,36 Trilliun di tahun 2023.

Padahal 2022 udah profit 3Trilliun, lah ini malah boncos lagi.

Kalo dari pendapatannya memang naik kok jadi 4.4 T dari sebelumnya 3.6 T, cuma ada satu parameter yang bikin rugi yaitu “Perubahan Nilai Investasi yang belum direalisasikan” senilai 1,2 trilliun.

Ini kabarnya dari investasi Bukalapak ke saham Allo Bank, jadi tahun 2022 Allo bank ini cuan banget, peak banget, nah tahun 2023 ini trend nya menurun, akhirnya terdampaklah ke nilai profit Bukalapak.

Kalau dari performa marketplace, revenue-nya meningkat, tahun 2023 bisa dapet 2.3 T, dibanding tahun 2022 itu di 1,6T.

Walaupun diiringi dengan biaya marketing yang juga meningkat ya 😀

Tapi bisa growth di tahun yang dimana banyak perusahaan teknologi masih mengalami winter, masih sangat patut untuk diapresiasi.

Good Job Bukalapak.

OK, itu tadi berita terkini seputar eCommerce, sekarang kita balik ke topik utama podcast ini.

Jadi, di semesta (asik semesta) Twitter atau X itu, sedang ramai kasus viral tentang seseorang yang tanpa sengaja reveal, atau mengetahui harga asli dari produk yang dia beli sebelumnya.

Kronologinya begini..

Jadi dia abis beli tas laptop untuk macbooknya, dia suka karena warna dan bahannya bagus.

Kita sebut aja brandnya ini dengan nama : Hamilin.

Setelah beberapa hari dia pake, tiba tiba logo Hamilin yang menempel di tas laptopnya itu sedikit terkelupas, dan akhirnya copot.

Uniknya, pas copot, ternyata logo Hamilin yang ada itu, menutupi sebuah logo dari brand lain.

Jadi kaya ada logo lama, ditimpa atau ditutup logo baru.

Sebut aja logo yang tertutup itu dengan Rhoduy.

Jadi ternyata logo asli dari tas laptop itu namanya Rhoduy, sedangkan logo Hamilin itu menutupi logo Rhoduy tersebut.

Dalam keterangannya, mba ini membeli produk tersebut atas nama produk Hamilin senilai kurang lebih 300K, dan setelah beliau cek produk serupa dari merek aslinya, merek Rhoduy, itu cuma sekitar 30K saja.

Jadi harganya 10X lipat lebih mahal dibandingkan logo aslinya setelah ditempel logo Hamilin.

Kalo saya lihat emang bener bener plek sama sih produknya, bener bener kaya cuma ditempel logo Hamilin doang.

Nah setelah kasus ini viral, pihak Hamilin ini melakukan klarifikasi, statementnya itu, kurang lebih menyalahkan pihak rekanan produsen atas kejadian tersebut.

Namanya netizen kan ga bisa dibendung ya?

Abis itu muncul pencarian lain dari netizen maha teliti dan maha benar. 😀

Ternyata ada banyak banget produk Hamilin yang seperti mengambil dari brand lain, ditempel logo Hamilin, kemudian dijual dengan harga yang cukup tinggi.

Ada yang bahkan sampai 30x lipat dari harga aslinya.

Jadi logo Hamilin ini seperti bisa menambah nilai jual produk murah.

Beberapa menilai negatif terkait apa yang dilakukan Hamilin ini, karena dianggap kenaikannya tidak wajar lah, atau tidak bisa cari maklonan berkualitas lah, dsb.

Ada yang menyalahkan pembeli karena tidak teliti.

Ada juga yang menilai positif, mereka menilai berarti Hamilin ini sukses membentuk brand Mewah, karena mereka, customernya, bersedia membayar lebih, untuk produk yang sebetulnya bisa didapatkan dengan harga murah.

Saya tidak menyalahkan salah satu pihak, produk Hamilin bagus berarti marketingnya, si pembeli pun tidak mnyalahkan siapapun karena memang produknya dia suka, si Rhoduy malah lebih kreatif :

Si Rhoduy ini malah bikin campaign “Tas Laptop Viral” di Tokopedia ha ha ha

Riding the wave ya.

Ya, terlepas dari siapa yang salah, dan saya juga tidak menyalahkan siapapun, saya melihat ini dari kacamata jualan atau berbisnis online.

Ada salah satu kelemahan pun bisa jadi kelebihan dari toko online, yaitu keterbukaan.

Internet = Data publik

Salah satu konsekuensi dari berbisnis online adalah keterbukaan harga yang sangat sangat mudah.

Leads atau calon pembeli ini bisa dengan mudah membandingkan produk Anda dengan produk serupa lainnya.

Misal Anda jual tas sling bag, ambil dari supplier di tanah abang, eh ternyata ada juga toko B yang ambil juga dari supplier di tanah abang.

Anda jual harga 100K, toko sebelah jual 89K + Gratis ongkir.

Nah kira kira Anda sebagai calon pembeli akan ambil yang mana?

Ya, tentu yang lebih murah kan?

Toh kualitasnya sama aja, kenapa ga ambil yang lebih murah.

Dulu, sebelum adanya transaksi online, mungkin orang sulit mau bandingin harga,

Kalo mau bandingin harga ya harus pindah dari satu toko ke toko lain.

Belum lagi kalo tokonya jauh, harus naik mobil lagi, dsb.

Kalo sekarang bahkan cuma beda tab browser aja.

Malah kalo persaingan terjadi di satu platform marketplace, ya sebelahan itu produk Anda dengan produk yang sama dari kompetitor.

Bahkan yang beda website aja, sebagaimana yang kami lakukan, itu masih ada juga yang bandingin harga.

Udah ngechat, tanya harga dan stok, kemudian customernya nyeletuk : “Kok di website sebelah lebih murah ya mas?”

Ha ha ha

Keniscayaan

Hal hal seperti ini keniscayaan, atau inevitable, tidak bisa dihindari, tidak bisa dielakkan.

Ga cuma bisnis online, bisnis offline pun gitu, sama aja.

Karena harganya terbuka, jadi semuanya bisa dengan mudah mendapatkan informasi.

Hasilnya ya perbandingan harga.

Bahkan ada iPrice, sebuah tools marketplace aggregator yang memberikan perbandingan harga untuk produk yang akan Anda beli.

Itu saya bahas dalem banget di episode ke 21, silakan temen temen cek ke episode tersebut tentang iPrice.

Di Offline pun sama ya, misalkan temen temen beli sepatu lari, ada Sportstation, ada Official Storenya, ada Footlocker, dsb

Mirip mirip semuanya, harga beda tipis tipis, Anda pilih yang mana?

Nah ini yang akan kita bahas.

Toko Online Banding Harga

Seperti yang tadi saya bilang di awal, kalau hal ini tidak bisa dihindari, baik dalam bisnis offline, apalagi bisnis online.

Perbandingan harga itu keniscayaan.

Uniknya, apa yang dilakukan oleh Hamilin tadi itu menarik, dia bisa memposisikan dirinya sebagai brand mahal, yang banyak orang rela bayar 10x bahkan 30x lebih mahal dari produk aslinya.

Menurut saya, secara marketing ini bagus sekali, hanya mungkin lagi kurang beruntung aja.

Kalau Anda ke marketplace, maka Anda akan menemui hal hal serupa terjadi, bahkan bukan hanya antar pedagang.

Satu pedagang, atau merchant di Marketplace itu bahkan punya 2–3 produk yang sama dengan harga yang berbeda.

Ada yang harganya Low, Middle, dan High.

Tinggal untung untungan aja, kalao kebetulan produk yang High yang muncul pada orang yang tepat, ya langsung Check Out, dan juga middle dan low price.

Atau satu pemilik, mengelola lebih dari 1 toko, atau 1 orang jadi beberapa merchant dengan menduplikasi konsep yang sama : Toko A untuk produk yang murah, Toko B untuk produk yang mahal.

Tinggal pinter pinteran aja.

Banting Harga

Dengan harga yang snagat terbuka untuk produk yang sama, akhirnya apa yang terjadi?

Ya adu murah, si A jual 100K, gw jual 98K, toko lain jual 90K, toko sebelah, karena tangan pertama, dia jual 70K, terus aja begitu.

Sampe mentok banget mepet HPP / cost price.

Akhirnya harga rusak semua, semua penjual cuma muter duit aja dengan untung yang ga seberapa.

Fenomena ini disebut dengan banting harga.

Beberapa pegiat marketplace sudah cukup lelah dengan fenomena banting harga seperti ini, dan akhirnya ya bingung mau kemana arahnya.

Balik lagi ke si Hamilin, alih alih banting harga, dia malah naikin harga, banyak lagi yang beli.

Kok bisa?

Positioning

Dalam marketing ada yang namanya Positioning, tentang bagaimana temen temen memposisikan brand atau identitas bisnis temen temen di mata pelanggan.

Hamilin ini mungkin bisa dibilang sukses memposisikan dirinnya sebagai brand mahal atau luxury brand.

Modalnya apa?

Modalnya dengan nambahin Tag Logo mereka di produk murah.

Luxury itu, diejawantahkan atau dimanifestasikan dalam bentuk brand identity berbentuk logo H berwarna Gold dengan latar hitam.

Sepintas mungkin orang lihat seperti logo Hermes kali ya, ada logo H mencolok sekali dengan warna Gold yang mewah.

Plus, kalau temen temen mampir ke website-nya, itu bagus banget.

Kaya website luar banget, plus mereka pake Shopify, jadi emang niat banget memposisikan dirinya sebagai brand yang lux atau brang mahal.

Usaha usaha tersebut sukses membuat Hamilin memposisikan dirinya sebagai brand mahal.

Dengan begitu dia bisa jual produk yang lebih mahal dari harga aslinya.

Atau yang menarik lagi, mereka bisa menciptakan persepsi kalau ada toko atau produk lain yang mirip dengan mereka dengan harga yang lebih murah, itu adalah KW dari Hamilin.

Mantap ya?

Ya lagi, karena positioning.

Di episode sebelumnya saya bahas tentang bagaimana cara meningkatkan margin, salah satunya adalah dengan brand positioning, seperti brand Hamilin ini, karena Brand adalah Margin.

Kalau dibandingkan?

Dalam menentukan Brand Positioning, temen temen perlu tau USP atau Unique Selling Point dari produk yang temen temen jual.

Ya ga cuma produk si, bisa lebih kompleks ke pelayanan, pemrosesan pesanan, dsb.

Jadi kalau nantinya ada customer yang tanya : “Kok saya dapet harga lebih murah di lapak sebelah?”

temen temen bisa memberikan penjelasan mengenai unique selling point temen temen, seperti :

  • Ada jaminan retur atau ganti baru ketika sampai dalam kondisi rusak.
  • Bundling, misal beli A, dapet B dengan harga produk yang tidak jauh berbeda.
  • Bayarnya bisa COD
  • Ada gratis ongkir untuk area jakarta
  • dsb

Karena banding bandingin harga tadi adalah keniscayaan, maka alaternatifnya bisa dengan memberikan edukasi seperti tadi.

Atau jauh sebelum customer bertanya, tampilan website bisa juga jadi bahan pertimbangan, misalnya seperti Hamilin tadi, ingin memposisikan dirinya sebagai brand luxury, maka mereka melakukan hal hal seperti :

  • Menggunakan model bule misalnya.
  • Website menggunakan bahasa inggris.
  • Foto produk profesional + tambahan tag logo.
  • Menampilkan review yang baik dari customer lain.
  • dsb.

Jadi sebelum mereka tanya pun, leads sudah bisa memberikan penilaian sendiri terhadap brand atau toko online temen temen seperti apa.

Kita ciptakan persepsi kalau toko temen temen memang pantas menjual produk dengan harga yang mirip atau bahkan lebih mahal dibandingkan dengan toko sebelah.

Kasus Hamilin dan Rhoduy ini sangat menarik dan bisa dijadikan contoh, bahwa ada kok customer yang rela bayar lebih ke lapak atau toko online yang memang bisa memberikan mereka perasaan bangga menggunakan barang mahal.

….

Ok, mungkin itu aja episode hari ini, intinya, kasus Hamilin dan Rhoduy ini, dari perspektif marketing adalah sebuah kecerdasan dan kesuksesan brand positioning yang baik.

Sebetulnya, kalau tag produk Hamilin ga lepas dan menampilkan produk asli dari Rhoduy, maka Hamilin sudah settle dan mungkin sudah top of mind produk luxury brand lokal.

Sukses selalu untuk semuanya, saya pinjam bahasanya Prof Galloway :

No Mercy, No Malice. = Ga tanggun tanggung, tanpa dendam. 😀

Peace yaa.

Itu aja episode hari ini, terima kasih sudah mendengarkan sampai sejauh ini.

Jangan lupa follow, subscribe dan bagikan podcast ini sekiranya temen temen menilai podcast ini bermanfaat.

Terima kasih,

Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

--

--

Willy Pujo Hidayat

Certified Digital Marketing | Writing & Podcast | eCommerce Enthusiast | Rebahanism