#35 Jangan Sampai Ke-TEMU
Assalamualaikum Warahmatullah, selamat datang kembali di Commercesation, sebuah podcast tentang eCommerce.
Terima kasih untuk teman teman yang masih setia mendengarkan podcast ini sampai episode ke 35 ini.
Bagaimana kabarnya teman teman?
Jakarta saat saya rekam ini lagi dingin banget, tapi ga ujan.
Jadi katanya lagi ada fenomena alam yang katanya poros bumi itu miring sekian derajat, jadi angin selatan itu naik ke atas, nah pulau jawa nih kena deh angin dinginnya.
Ciracas, jadi rasa Cisarua 😀, adem banget Alhamdulillah.
Kemarin sempet panas banget, perubahan cuaca begini, saya jadi agak keliengan, tapi dihajar pake vitamin C, dan buah pepaya atau buah naga ya, jadi buang airnya lancar, dan banyakin gerak yang berkeringat, jadi metabolismenya tetap baik.
Kalau pencernaan lancar itu, badan kita sehat temen-temen, jadi gut is second brain, pencernaan sehat, otak kita dan badan juga sehat.
Hari ini kita akan membahas topik tentang eCommerce penantang dominasi Shopee dan Lazada di Indonesia, bahkan mungkin di ASIA TENGGARA.
Kabarnya kompetitor Shopee dan Lazada ini udah masuk di Malaysia dan Philippine
Harganya yang kelewatan murah, dan langsung dari pabrik, ini betul betul mengancam Shopee dan tentunya para pedagang atau pebisnis di Indonesia.
Siapa dia?
Sebelum itu, seperti biasa, kita update dulu 3 berita seputar eCommerce :
— -
Tokopedia NOW berhenti beroprasional —
Berita pertama datang dari Quick Commerce yaitu Tokopedia NOW yang harus tutup operasional per tanggal 15 juli kemarin.
Jadi Quick-commercenya Tokopedia, Tokopedia NOW ditutup atau berhenti beroperasional dengan alasan yang bahasanya normatif banget dari GOTO.
Saya kutip statement dari Head of Corporate Communication-nya GOTO :
”Sebagian dari kajian bisnis secara menyeluruh pasca dekonsolidasi Tokopedia, kami memutuskan untuk tidak melanjutkan bisnis Tokopedia NOW”
Terus kata beliau lagi :
”GOTO terus berkomitmen untuk menyediakan dan memperkuat layanan on-demand grocery untuk konsumen kami melalui GOMART yang tersedia di aplikasi GOJEK”
Itu tadi kata bu Sinta Setyaningsih dari GOTO.
Saya pernah ngomongin masalah Quick commerce yang udah sohib banget sama emak-emak, walau harus berkorban dengan sumberdaya yang tidak sedikit.
Ada Darkstore, ada produk yang harus di-maintain terus stoknya, dsb.
Temen temen bisa cek di episode ke 27.
Problemnya Quick commerce ini ada di sumberdaya, dan persaingan yang ga mudah melawan retail seperti Klik Indomaret atau Alfagift.
Plus, karena ini Tokopedia NOW, mungkin karena overlap dengan GOMART, jadinya Tokopedia NOW udah dilepas aja.
Kaya di-anak-tirikan ya? 😀
Tetap semangat tokopedia, mulai main B2B aja, lebih cuan kayanya, kalo butuh insight bisa ngobrol ngobrol kita 😀.
BLIBLI mengakuisisi 99% saham Dekoruma —
Berita kedua datang dari Dekoruma yang diakuisisi nyaris 100% sahamnya oleh BLIBLI.
Total transaksinya katanya sampai 1,16 Trilliun, gila itu Trilliun ya.
Berarti valuasinya Dekoruma ya segitu, sampe 1 T. Luar biasa !!
Yang dibeli itu saham seri C, jadi mungkin udah beberapa kali lipatnya ya.
Sebenernya BLIBLI itu udah punya saham Dekoruma loh, waktu itu masih minoritas di 8.34% atau pada kurs saat itu, sekitar 97 Miliar.
Eh Juni kemarin di jorr habis di 99%.
Denger denger Dekoruma itu mau IPO di tahun 2025, tadinya mau di 2024, tapi masih wait and see katanya, jadi diundur ke 2025, jadi mungkin BLIBLI mau aiming capital gain, big gambling buat BLIBLI.
Kalo laku keras udah pasti cuan, kalo ga laku, yaa nilai 1 T itu bukan nilai yang sedikit.
Tapi internal BLIBLI dan Dekoruma ini ga kaleng kaleng lah, udah pasti mateng hitungannya dan minim intervensi pemerintah.. ga kaya .. ups 😀
eCommerce dari US, shop.com masuk ke Indonesia —
Dikutip dari portal berita Kontan, Indonesia lagi lagi kedatangan eCommerce asal luar negeri, namun bukan dari China, melainkan dari US.
Namanya shop(dot)com, ini saya kutip dari Andrew Chee, Sales Director dan Field Development Market America Worldwide shop(dot)com :
”Kami sangat senang dan antusias Market America Worldwide shop.com yang merupakan sebuah inkubator untuk kesuksesan bisnis wirausaha dunia kini hadir di Indonesia sebagai negara kesembilan. Ini kombinasi yang sangat baik dengan masyarakat dan budaya yang indah di negara ini”
Kalo saya masuk ke websitenya ada 9 negara memang opsi pilihannya : US, Canada, UK, Australia, Hong Kong, Taiwan, Singapore, Malaysia, dan Indonesia.
Jadi Asia Tenggara lain udah masuk, Indonesia terakhir.
Kalo saya masuk pertama kali di websitenya, kok kayanya kebanyakan produk healthcare ya, suplemen, nutrition, dsb.
Mungkin emang concern-nya kesana kali, segmentasinya bagus sih, kalo Fashion pasti bakal boncos juga, karena ya mau ngelawan Shopee? gila aja.
Semakin ramai dan panas saja ya iklim industri eCommerce di Indonesia ini.
OK, itu tadi 3 update seputar eCommerce yang makin kesini, makin seruu 😀, sekarang kita lanjut ke topik utama podcast ini.
Jadi sebetulnya bab ini udah pernah saya bahas di episode 20, tentang Shopatainment atau tentang kesenangan (enjoyment) yang didapat dari perilaku shopping.
Nah, salah satu topiknya yaitu ngebahas tentang toko online dari China yang jual barang printilan lucu lucu dengan harga yang murah banget, bahkan ada yang less than 1 dolar.
Akhirnya saya pikir sepertinya ini perlu dibuat episode sendiri, dan ya, saya buat episode ini khusus untuk membahas tentang TEMU.
TEMU ini gila banget, dia bisa masif banget, dan sangat disukai oleh masyarakat di US.
Tahun 2023 aja, TEMU ini jadi aplikasi yang paling banyak didownload di US.
Sebelum lebih jauh tentang interupsi TEMU di dunia eCommerce, kita coba kenalan dulu ya.
TENTANG TEMU
TEMU atau Te E Em Yu ini adalah aplikasi yang dikelola oleh PDD atau Pinduoduo.
Buat yang belum tau, Pinduoduo ini grup eCommerce yang besar sekali di China, nempel terus, mepet terus dengan raksasa eCommerce di China yaitu Alibaba group.
Bahkan kabar terakhir, Pinduoduo atau PDD ini sudah melampaui Alibaba dari valuasinya.
Luar biasa ya?
Jadi backingan aplikasi TEMU ini emang ga main main.
Secara bisnis Model, TEMU ini unik dia, jadi dia bukan menjual produk atau Brand dia sendiri, lebih mirip dengan Amazon.
Jadi TEMU ini sudah bekerja sama dengan beberapa pabrik (kalo ga salah 25-an pabrik) di China, jadi produk dari pabrik pabrik itu, di-drop di gudang PDD, nanti baru didistribusi.
Kalau begini skemanya jelas bisa lebih murah kan?
Ga perlu lewat pihak ketiga yang misalnya dia distributor dari produk tertentu dari pabrik pabrik itu.
Jadi bypass langsung tembus ke pabriknya, langsung ke customer via TEMU / PDD ini.
TEMU ini pertama kali diluncurkan itu di Amerika, dan 4 bulan setelahnya, mereka sudah mendapatkan 50 juta user di US.
Bahkan jadi salah satu aplikasi paling banyak didownload di US.
Bahkan kabarnya, pendapatannya atau Revenue-nya sudah 20% melampauai SHEIN.
Padahal SHEIN ini jauh lebih senior dari TEMU dan pangsa pasar yang sudah cukup stabil di segmentasi Fashion murah.
SHEIN ini saya bahas spesifik juga di episode ke 28, tentang bagaimana dia bersaing dengan ZARA, dst.
Ok Lanjut.
Jadi keberadaan TEMU di US ini membuat daftar aplikasi dari China yang saat ini mendominasi dunia per-aplikasian di US bertambah ya, selain ada SHEIN, dan TikTok.
Jadi lucunya kompetisinya di US, tapi kontestannya sama sama dari China 😀
Ini Amazon harusnya udah ketar ketir nih, udah siapin layanan yang bisa mengalahkan invasi produk China ini.
Pemerintah US juga sebetulnya udah gatel ya, dalam artian, keberadaan TikTok aja itu udah membuat CEO TikTok dipanggil pemerintah US karena kecurigaan aplikasinya digunakan sebagai alat spionase dengan China.
Ada lagi SHEIN, eh dateng lagi ini TEMU.
Bahkan aplikasi TikTok itu saat ini sudah dideteksi sebagai Malware di US, saking pemerintahnya khawatir gitu.
Adalagi data yang bilang kalau TEMU ini bisa mengumpulkan US$ 500 Juta dalam 5 bulan pertama mereka launch di US.
Itu 500 juta mungkin harusnya ke Amazon, ke SHEIN, ke eBay, eh ini malah ke TEMU 😀
Seru banget ya.
Terakhir, TEMU ini launch di Amerika Utara atau Canada.
TEMU vs ALIBABA
Kalau dibandingin sama SHEIN mungkin ga apple to apple ya, tapi lebih ke Alibaba, atau lebih spesifiknya Aliexpress.
Jadi sama sama kepanjangan tangan langsung dari pabrik, Aliexpress itu langsung dari pabrik, TEMU juga sama sama dari pabrik.
Cuma arena persaingannya yang membuat TEMU ini khas, karena memilih untuk jualan dulu di US dibandingkan di negara lain.
Kalau Aliexpress ini udah seluruh dunia, marketnya udah luas dan settled gitu.
Lah terus bedanya dimana?
Nah, dari beberapa sumber bilang, kalau TEMU itu bisa dateng lebih cepat dari Aliexpress.
TEMU bisa dateng dalam 7–12 hari, sedangkan Aliexpress bisa dateng dalam 30–45 hari, 1 bulanan.
Karena tadi ya, casenya itu kalau TEMU ini dia kayanya ada fulfillment-nya, jadi pabrik kirim ke PDD, nanti dari PDD langsung kirim ke user, kalau Aliexpress ini skemanya marketplace, jadi pabriknya yang ngirim ke user, aliexpress ini cuma platform aja.
Plus, nah ada lagi nih, bisa retur kalau tidak sesuai.
Gila ya?
Udah produk murah, barang cepet nyampe, bisa retur lagi kalo ga cocok.
Wassalam itu Amazon.
TEMU di ASIA TENGGARA
Kemudian muncul pertanyaan :
“Masa Asia Tenggara ga jadi target marketnya TEMU?”
Agak agak gak mungkin karena sudah Asia Tenggara, apalagi Indonesia tercinta ini kan termasuk salah satu pengguna internet nomor satu di dunia, masa ga jadi target 😀
Dan jawabannya sudah temen temen.
TEMU saat ini sudah melakukan penetrasi ke wilayah Asia Tenggara, tepatnya di Malaysia dan di Filipina.
Sempet ada isu kabarnya mau masuk ke Indonesia juga di 2H 2024 ini, tapi saya coba cari beritanya, agak terbatas memang.
Tapi coba bayangin ya, Malaysia itu basisnya Lazada yang udah disuntik dana dari Alibaba, yang artinya dia juga kepanjangan tangannya Alibaba.
Terus ada Shopee juga yang walau basisnya di Singapore tapi penggunanya kuat sekali di Malaysia dan Indonesia.
di Indonesia ada juga TikTok Shop yang baru aja akuisisi Tokopedia.
Ini Indonesia jadi medan perang semua marketplace itu : ya Shopee, TikTok dan TEMU.
Kalau TikTok itu oke lah dia platform aja, kalau Shopee kan dia oke lah masih marketplace, penjualnya ada di Indonesia juga walaupun bisa crossborder juga.
Nah TEMU ini bukan marketplace, dia supply langsung dari pabrik ke customer 😀
Jadi ini kaya orang orang perang, bertempur gitu tembak tembakan, di rumah orang 😀
Ada yang maju sendiri, ada yang pake proxy.
Kekhawatiran di Indonesia
Kekhawatiran ini disampaikan oleh Pak Teten ya, Kemenkop dan UMKM.
Ini saya izin kutip ya, audionya ya :
(Audio)
Nah, kan?
Yang dikhawatirkan pak Teten ini sejalan dengan apa yang saya jelaskan sebelumnya kan?
Ini kalo sampe masuk, wassalam.
Tapi ya, kita berharap banyak ke pemerintah untuk bisa melindungi dalam bentuk regulasi.
Sebetulnya sudah cukup “aman” sih dalam tanda kutip ya, karena ada beberapa peraturan seperti minimal pembelian dari luar negeri itu US$100, kalo kurang dari itu ga masuk.
Itu kayanya udah cukup menghambat invasi TEMU ke Indonesia.
Regulasi kita sepertinya sudah cukup untuk membentengi, tinggal diawasi.
“Tapi masih ada wil produk murah dari China masuk”
Ya, itu tadi, makanya diawasi.
Solusi
Kalau ditanya solusinya gimana wil? saya bingung juga ya.
Bersaing dengan produk murah itu ya mengabaikan value, percuma produk Anda bagus bahannya bagus, lembut, desainnya menarik, tapi kalau ada yang lebih murah, pasti drop semua itu valuenya.
Ga bisa bersaing dengan banting bantingan harga itu ga bisa, udah ga sehat.
Kalau ditanya saran, bukan solusi ya, saran, itu ada di episode sebelum ini, episode 34.
Menghadapi kegilaan invasi marketplace ini bisa dimulai dari membuat toko online Anda sendiri, dan membangun database pelanggan Anda.
eCommerce enabler udah segambreng, banyak, gampang, tinggal upload beres, payment gateway juga gampang, bahkan ada yang bisa COD juga kalo butuh.
Traffic?
“Tapi mesti datengin traffic sendiri dong wil?”
Ya itu kan bisnis kita, datengin traffic ya kewajiban, bagaimana caranya itu bisa dicari, bisa dihitung bisa diusahakan.
Logikanya gini, masuknya TEMU ke Indonesia (kalo masuk ya, semoga enggak), itu marketplace lain akan mengantisipasi, pasti akan ada penyesuaian lagi, yang kena dampak penyesuaian siapa lagi? ya Seller.
Ga mungkin user atau pembeli, karena kalau pembeli dibebankan, pasti geser dia ke platform sebelah, kan gitu?
Menarik ya?
Penutup
Kompetisi itu keniscayaan, ga bisa dihindari, invasi TEMU ke Asia Tenggara ini udah menjepit sekali.
Platform lain akan mengatur strategi menghadapi invasi TEMU yang supply langsung dari pabrik, yang bakal memotong semua jalur distribusi, akhirnya harganya murah banget.
Asia Tenggara akan jadi medan pertempuran, dan yang kira kira terdampak siapa?
Ya pebisnis kecil, dan pebisnis yang masih menggunakan marketplace atau bergantung pada platform.
Karena platform lain atau aplikasi lain pasti akan melakukan penyesuaian berupa promo promo yang tidak mungkin dibebankan ke pembeli, dan pastinya juga bukan ke platform, karena mereka juga lagi di mode cari untung.
Terus dibebankan ke siapa?
Ke penjual lah 😀.
Tindakan mitigasi terdekat adalah dengan cara teman teman pebisnis online untuk membangun toko onlinenya sendiri, mandiri terhadap trafficnya, kumpulin database pelanggannya, maintain retensi pembeliannya.
Insya Allah aman, ya turbulence, goyang dikit, tapi selamet lah at least yaa.
Itu aja episode hari ini, tetep semangat dan positif untuk para pebisnis online.
Jangan lupa bagikan episode ini sekiranya menurut teman teman bermanfaat,
Terima kasih sudah subscribe di Spotify dan di YouTube Music.
Sampai jumpa di episode selanjutnya.
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.